01 April, 2009
Fenomena Guru Swasta
Sebut saja namanya Budi, dia seorang guru didaerah pinggiran, lebih tepatnya di kaki bukit Gunung Slamet, masuk dalam daerah Kabupaten Brebes. Kabupaten yang selalu bersolek alias berhias ( Bersih, Hijau,Indah, Aman dan Santun ) tapi kenyataan tidak demikian. Menurut data BPS, Brebes termasuk kategori kabupaten dengan tingkat ekonomi yang memprihatinkan, pengangguran banyak, mayoritas rakyatnya adalah petani, baik petani padi, maupun palawija dan petani bawang. terkenal dengan bawang brebes dan telor asinnya. Menurut Budi Kabupaten Brebes itu tidak bersih, tidak Indah, tidak aman, tidak santun tapi Hijau memang, karena lahan pertanian dimana-mana. Di sekolah, dimana pak Budi bekerja. Pak Budi adalah guru yang sangat di hormati, saking dihormatinya setiap hari, di pagi hari selalu saja setiap siswa yang datang ke sekolah selalu mencium tangan pak Budi dan guru yang piket jaga di Sekolah. Menurut pak Budi dengan cara seperti ini diharapkan semua siswa terbiasa mencium tangan orang tua mereka ( Ayah dan Ibu ) di rumah setiap pergi dari rumah ke sekolah atau pulang dari sekolah, ini adalah prilaku minimal seorang anak terhadap orang tua mereka, walaupun sebenarnya banyak sekali kewajiban bakti seorang anak kepada orang tua, misalnya ; selalu mendoakan orang tua jika selesai sholat, membantu pekerjaan orang tua, berprestasi di sekolah, berprilaku baik di masyarakat dan yang lainnya. Pak Budi adalah guru yang pantas dijadikan tauladan oleh siswa-siswanya. Beliau adalah guru yang disiplin, tepat waktu, berkata seperlunya saja, tidak sering tertawa apalagi bercanda, beliau banyak bekerja sedikit bicara, rajin membaca jika tidak ada jam mengajar, beliau sering berada di perpustakaan, kadang juga diskusi diadakan oleh beliau jika jam istirahat banyak siswa ke perpustakaan dan beliau disana. Beliau adalah guru yang sederhana, apasaja yang dipakai setiap hari dari mulai pakaian, sepatu sampai sepeda motor yang dipakainya setiap hari pergi kesekolah semuanya menunjukkan kesederhanaannya. Sepatu tidak pernah disemir, motor generasi kadaluwarsa. Beliau tidak punya Hp/ Ponsel, karena menurut beliau buat apa bawa ponsel, cuma mengganggu saja, beliau merasa terbeli waktunya oleh siswa dikala beliau sedang mengajar. Wah... prinsip yang luar biasanya. Penulis berkesempatan mewawancarai pak Budi disela Beliau istirahat. Seperti ini hasilnya : P ( penanya ), B ( pak Budi ). P : ass. Pak Budi ? Boleh kita mewawancarai pak Budi ? B : Wass, Boleh .. boleh silahkan P : Sudah berapa lama pak Budi Mengajar ? B : Sudah 15 tahun P : Bagaimana konsep hidup pak Budi, sehingga bisa bertahan hidup menjadi guru swasta ? B : Yang memberi hidup Alloh dan Alloh juga yang memberi rizki. Sepanjang kita berusaha dan bekerja cerdas insya Alloh keperluan hidup kita terpenuhi. P : Menarik ini, Maksud dari bekerja cerdas itu apa pak Penulis : Agus Subagio, S.TP Wakaur. Kesiswaan MA Al Hikmah 2 Blog : www.amalkusurgaku.blogspot.com |
posted by Hidup Bermakna Hidup Berbagi at 01.51
Posting Komentar